Background

Background

Silahkan klik beberapa gambar di bawah ini

  • image1
  • image2
  • image3
  • image4
  • image2
  • image1
  • image4
  • image3
Masih dengan haluan music rock gaya Saint Loco dengan kekhasan warna vokal Joe Tirta yang dipadukan dengan kekayaan pembendaharaan kata dan dibalut dengan cara nge Rap yang cerdas dari seorang Berry Manoch dan juga dipercantik oleh aransemen musik dari ketiga musisi berbakat Iwan Hoediarto (Gitar) yang memberikan sentuhan Chord Jazz dalam distorsi gitarnya, juga Gilbert (Bass) yang tetap menampilkan keindahan betotan dan sentuhan manis dalam permainan bass nya..terakhir yang tidak kurang penting malahan bisa dikatakan sangat cukup berperan penting adalah pukulan mantap dan pemilihan pola beat dalam kelincahan tangan dan kaki Nyonk Webster Manuhutu (Drum) single terbaru “Time To Rock ‘N Roll” ini menjadi sungguh sangat berbeda dari single - single yang ada saat ini. 

Rutinitas dan kepenatan dari sebuah kehidupan kota besar yang tidak pernah lepas dari bermacam permasalahan khususnya didalam perkantoran ditambah permasalahan pribadi yang mengusik keriangan menjadi tema sentral dari single ini. Hadirnya Saint Loco dalam lagu ini memiliki sebuah harapan baru untuk memberi keriangan dan warna baru dalam rutinitas kehidupan perkotaan yang mulai membosankan itu. Saint Loco sudah sangat nyaman di jalurnya..Sehingga tidak akan ada terlalu banyak perubahan dalam warna musiknya.. Hanya di single ataupun di album selanjutnya mungkin akan terasa sedikit berbeda di bagian scrathing atau dj'ing dikarenakan sejak peristiwa musibah kecelakaan yg menimpa drummer Nyonk Webster kurang lebih 3 thn yg lalu posisi drummer memang digantikan oleh Dj Tius yg pada saat itu adalah turntablis Saint Loco. 

Single “Time To Rock 'N Roll” lebih fresh dengan perpaduan musik Rock, Ska, Hardcore & HipHop dng balutan Rude Boy Style yg dimainkan dengan cantik oleh para pejuang musik rock Indonesia ini. Berhasil menelurkan album pertamanya "ROCK UPON A TIME" di tahun 2004, dilanjutkan Album keduanya "VISION FOR TRANSITION" di tahun 2006.Namun setelah Album ke dua rilis dan berjalan cukup baik, dengan single "Kedamaian" dan "TERAPI ENERGI" yang cukup sukses, SaintLoco mengalami berbagai pencobaan..Dimuali dari kecelakaan Nyonk Webster di akhir tahun 2007, dilanjutkan undur dirinya di awal tahun 2008, membuat SaintLoco sedikit tertatih-tatih dalam perjalanan kariernya ini. 

Pertengahan tahun 2008 Saint Loco mendapat kesempatan berkolaborasi dalam projek Band2 se-Asia Tenggara yang menamakan dirinya Project E.A.R (East Asian Revolution). yang menelurkan single "MARABAHAYA" dan "SOUTH EAST A". tidak lama setelah itu, Saint Loco masih sempat merilis single "SANTAI SAJA" SaintLoco melanjutkan perjalanan kariernya dengan Nyonk Webster yang kembali bergabung di awal bulan Oktober 2010 dan juga bergabung dengan Big Indie NAGASWARA sebagai rekan kerja mereka yang baru dalam industri musik Indonesia.Kini SaintLoco kembali!.

Band Rocket Rocker Biografi



Rocket Rockers lahir pada tahun 1998 dengan nama awal Immorality President(Firman guitar/voc, Aska guitar/voc, Bisma bass/voc, Doni drums), namun nama itu hanya berjalan sekitar 1 tahun saja, karena vokalis yang pertama keluar karena satu dan lain hal. Sehingga pada tahun 1999 para personelnya masih mencari vokalis, dan akhirnya mereka mendapatkan seseorang yang bernama Ucay yang baru saja keluar dari band skate rock terdahulunya New Kicks On The Board. Setelah Ucay masuk, nama Immorality President berubah menjadi Rocket Rockers dengan pertimbangan membuat image baru yang lebih fresh. Terciptalah Rocket Rockers dengan formasi awal: (Aska guitar/voc, Ucay vocal, Bisma bass/voc, Doni drums).

Dengan formasi 4 personel, Rocket Rockers memulai dari bawah. Menjadi bandseleksian untuk mendapatkan panggung, menjadi bagian paling memorable, dimana mereka merasakan jerih payah sulitnya mendapatkan panggung di kota sendiri (Bandung). Berbagai penolakan dari acara-acara yang dimasuki menjadi cambuk bagi mereka untuk terus keep on the line dan tidak mengikuti trend musik yang sedang hype waktu itu, karena musik yang Rocket Rockers bawakan masih jarang bergema di panggung-panggung bawah tanah dan pensi-pensi. Sampai akhirnya mereka membutuhkan 1 lagi personil untuk mengisi posisi guitar agar lebih harmoni. Lalu masuk Lope mengisi posisi rhythm.
Dengan formasi berlima, merekapun mulai dikenal di berbagai acara kampus, pensi dan underground (walau Rocket Rockers tidak mengklaim diri sebagai band underground, karena mereka hanya ingin bermain musik, that’s it ). Namun mereka sangat dekat sekali dengan semua komunitas/scene independent dikotanya maupun diluar kota, sehingga banyak link yang mensupport propaganda mereka. Salah satunya dengan masuknya Rocket Rockers ke kompilasi-kompilasi seperti Fallen Angel, Still Punx, Still Sucks!, No Place To Get Fun, Bad Tunes And Some Ordinary Things, Ripple (Demo) #8, New Generation Calling, Hati Keccil (vcd bmx). Rocket Rockers juga sempat menjadi salah satu band pembuka Skin Of Tears (band punkrock asal Jerman) di Dago Tea House Bandung.
Sampai akhirnya pada tahun 2001 ketika mereka main di acara Bazzar SMUTaruna Bakti Bandung, aksi panggung mereka dilirik oleh Robin Malau (mantan gitaris band hardcore legendaris: Puppen). Robin pada waktu itu menawarkan Rocket Rockers untuk menjadi band perwakilan Volcom, karena Puppen yang pada saat itu disponsori oleh Volcom Indonesia akan bubar jalan. Kontan mereka cukup shock dengan penawaran tersebut, karena tidak menyangka sama sekali. Jalan sudah terbuka, dan mereka berpikir inilah saatnya untuk maju ke level berikutnya. Rocket Rockers-pun mulai dikenal di komunitas skateboard seiring seringnya mereka main di acara skateboarding seperti acara Volcom itu sendiri, kejuaraan Indonesia Skateboard Association (ISA), dll. Hampir sekitar 6 bulan jalan dengan di-endorse oleh Volcom, akhirnya Rocket Rockers resmi kontrak dengan Volcom Indonesia pada tanggal 1 Juni 2002. Belum sebulan setelah resmi kontrak dengan Volcom, Rocket Rockers juga mendapat kontrak sponsor dari produk kacamata skate/surf Electric sunglasses.
Pada bulan Agustus 2002 akhirnya Rocket Rockers mengeluarkan album pertamanya yang bertitle "Soundtrack For Your Life" dibawah label indie Off The Records. Album "Soundtrack For Your Life" cukup mendapatkan respon yang luar biasa dari berbagai kalangan. Sampai suatu saat, single lagu "Finishkan" menjadi No.1 beberapa minggu di chart indie Radio Prambors. Berbagai media masa cetakpun memprediksikan Rocket Rockers menjadi "The Next Big Thing" (Hard Act To Follow Next Year) bersama Superman Is Dead, The White Stripes, The Hives dan The Vines –Majalah HAI No.45 11 Nov 2002-. Juga beberapa media massa seperti Boardriders, Ripple Magazine, Pause Magazine, Gadis, Kawanku, Pikiran Rakyat, dll mulai banyak mengulas Rocket Rockers. Untuk video clip, Rocket Rockers memilih single "Tergila" garapan Cerrahati dan sudah tayang di MTV. Pensi-pensi sampai acara independent-pun banyak mengundang Rocket Rockers untuk menjadi bagian dari acara. Sampai akhirnya gaung Rocket Rockers mulai merambah ke luar kota dan pulau. Sebutlah Jakarta, Bekasi, Subang, Pandeglang, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, sudah dilalui dan undangan dari Medan, Bali, Balikpapan, Ujung Pandang, Singapore terus meramaikan e-mail dan guestbook di website. Melihat demand yang semakin tinggi terhadap Rocket Rockers, membuat mereka harus menjalankan band dengan profesional, sampai akhirnya bergabung dengan Soda Music Development bersama Burgerkill. Tata management yang rapih dan profesional sudah dilaksanakan Rocket Rockers untuk berbagai kepentingan seperti negosiasi acara, masuk kompilasi, soundtrack, merchandise, sponsorship sampai website.
Setelah album pertama sukses di pasaran hingga mencapai angka 10.000 copy lebih, bulan Agustus 2003 Rocket Rockers habis kontrak dengan Off The Records. Namun sayang, Off The Records tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada Rocket Rockers, malah semakin mis-komunikasi. Lalu di akhir 2003, Doni (drummer) resmi mengundurkan diri dari Rocket Rockers untuk menyelesaikan studi-nya. Posisi drum lalu di ganti oleh Ozom (Khrisna) dan menjadi personel tetap. Ozom sempat juga aktif membantu di beberapa band seperti Killed By Butterfly, Authority, Marvel, LBL, dll. Dengan modal seadanya akhirnya Rocket Rockers membuat 5 lagu demo live untuk merilis E.P mereka sendiri dengan records sendiri. Namun tanpa di duga, akhir tahun 2003 Sony Music memberikan tawaran untuk merilis album. Rocket Rockers akhirnya resmi kontrak 6 album dengan Sony Music. Sampai akhirnya keluarlah album ke 2 mereka yang ber-title "Ras Bebas" berisikan 15 lagu. Informasi terakhir, website Rocket Rockers juga sudah masuk ke dalam punkrock.org bersama band-band international lainnya.
Discografi:
1. Still Punx Still Sucks ( Melodic Punk Compilation ) –My Own Deck/Ryan’s Records- Cassette
2. Fallen Angel Magazine + Demo –CD & Cassette
3. No Place To Get Fun ( Compilation ) –No Label Records-
4. Bad Tunes and Some Ordinary Things ( Melodic Punk Compilation ) –My Own Deck- CD
5. Ripple Magazine #8 + Demo Cassette
6. Hatikeccil (vcd bmx)
7. Rocket Rockers "Soundtrack For Your Life" –Off The Records- Cassette
8. New Generation Calling ( Compilation ) –Spills Records- Cassette
9. Rocket Rockers "Ras Bebas" –Sony Music- CD/Cassette
Gimana ya kabar sekarang Tentang Band ini ayo anak Band terus berkarya



Apakah definisi dari musik indie menurut loe?
Sebenarnya menurut gw, musik indie sebagai aliran atau genre musik itu “not even exist” ( tidak ada-red), karena yang disebut musik indie itu adalah untuk membedakan antara yang mainstream dengan indie.
Jadi musik indie adalah istilah untuk membedakan antara musik yang dimainkan oleh musisi profesional dengan musisi amatir.
Tapi yang pasti indie adalah gerakan bermusik yang berbasis dari apa yang kita punya, do it yourself, etika yang kita punya mulai dari merekam, mendistribusikan dan promosi dengan uang sendiri. Walaupun nantinya akan ada perbedaan lagi antara indie dengan D.I Y itu sendiri.
Bagaimana pengkriterian antara indie dengan mainstream?
Umumnya yang dimaksud dengan mainstream adalah arus utama, tempat di mana band-band yang bernaung di bawah label besar, sebuah industri yang mapan. Band-band tersebut dipasarkan secara meluas yang coverage promosinya juga secara luas, nasional maupun internasional, dan mereka mendominasi promosi di seluruh media massa, mulai dari media cetak, media elektronik hingga multimedia dan mereka terekspos dengan baik.
Jadi jika berbicara kriteria dari mainstream dengan indie, itu lebih kepada industrinya, perbedaannya lebih kepada nilai investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan rekaman. Kalau masalah talent atau talenta, tidak ada yang memungkiri kalau band-band indie terkadang lebih bagus daripada band-band mainstream. Jadi di sini hanya masalah uang, karena industri musik berbasis kepada profit, jadi label menanamkan modal yang besar untuk mencari keuntungan yang lebih besar, ya, itu tadi pada nilai investasinya.
Bagaimana perkembangan musik indie saat ini?
Gila lah! Dari mulai era PAS yang direkrut Aquarius, Suckerhead dengan Aquarius, Jun Fan Gung Foo, Superman Is Dead dengan Sony, Shaggydog dengan EMI hingga The Upstairs dengan Warner Music. Jelas perkembangan musik indie akan menjadi cikal bakal musik mainstream baru. Jadi yang akan terjadi adalah musik indie akan jadi ladang pertumbuhan dan perkembangan yang mana nanti akan berbuahnya di major label. Jadi kontribusi terbesar adalah mereka membawa perubahan bagi ragam jenis musik di Indonesia.
Kemudian perkembangan yang lain adalah kalau dulu jika musisi ingin rekaman harus memakai pita satu setengah inci dengan studio yang mahal, sekarang bisa dengan teknologi digital yang murah dengan sistem home recording, musisi bisa membuat rilisan dengan mudah dan murah. Karena saya yakin nantinya semua band-band besar nasional akan lahir dari generasi band indie. Paling lama sekitar sepuluh tahun lagi.
Sebenarnya perjalanan sejarah musik kita jauh tertinggal menurut gw. Kalau di luar, Elvis Presley memulai karirnya dengan indie pada pertengahan tahun 50an sedangkan di Indonesia baru mulai sekarang. Jadi nantinya band-band indie suatu saat akan menjadi band-band besar dan perkembangannya bisa dilihat dari PAS Band dan Naif.
Perkembangan yang lain bisa dilihat dari pentas-pentas seni. Kalau loe mau melihat perkembangan selera musik anak-anak muda, loe jangan melihat pentas seni seperti Soundrenaline. Tetapi loe harus melihat ke pentas seni anak-anak SMU (pensi), semua band yang main di sana merupakan pilihan mereka sendiri, mereka melakukan mekanisme polling untuk memilih artis yang akan main di pensi mereka. Jadi menurut gw itu adalah selera yang jujur, tidak seperti event besar yang biasanya terjadi deal-deal di balik meja.
Jaman dulu, band-band indie jarang mendapat panggung yang enak. Panggung selalu kecil dan jam manggung yang siang saat matahari di atas kepala. Kalau sekarang band-band indie dapat bermain di panggung yang sama dengan artis besar dengan jam yang tidak jauh berbeda. Mereka bisa show berdekatan dengan headliner. Di Amerika semakin malam sebuah band manggung maka semakin besar nama band tersebut. Jadi menurut saya fenomena ini bagus sekali.
Malah ada kecenderungan kalau anak-anak SMU bosan dengan artis-artis besar atau mainstream dan lebih memilih band-band indie. Ini disebabkan karena anak-anak indie membawa darah segar kepada acara-acara mereka. Sepuluh tahun yang lalu tidak dapat dibayangkan kalau band-band indie dapat main di panggung seperti ini.
Perkembangan yang lain adalah penjualan album-album independen yang meningkat. Tapi untuk data lebih kongkrit gw tidak punya. Hanya saja generasi muda dari pendengar musik indie ini jauh lebih baik dari 10 tahun yang lalu. Anak-anak sekarang yang tidak terkontaminasi dengan orang-orang jaman dulu malah menawarkan sesuatu yang baru dengan mentalitas lebih baik dari para pendahulu mereka.
Mereka membeli merchandise, membeli kaset dan bahkan berkeliling mengikuti artis indie idola mereka ke mana mereka manggung. Inilah fenomena yang mungkin tidak ditemui 10 tahun yang lalu. Mereka mensupport dengan baik musik-musik indie. Inilah hal-hal yang menarik dari perkembangan musik indie di Indonesia.